@SammyAddward
Ayahku kurus. Jadi, aku ini kurus
turunan. Sedari balita hingga SMA kelas 3, hampir tiap hari aku jadi bahan bully para teman sekolah dan tetangga.
Bahkan famili juga. “Cangcorang” (bahasa Betawi = belalang sembah) adalah
julukan mereka untukku karena posturku yang cukup tinggi tapi sekaligus ceking
banget. Waktu SMP, teman-teman sekolahku malah punya panggilan tambahan untukku.
“Bone-Age”! Itu nama video game di
arena-arena dingdong di zamanku, yang menggambarkan tulang-belulang fosil zaman
purba yang bisa berjalan dan berkeliaran. Aku bangga sekali bisa jadi bagian
dari ilmu pengetahuan dan dunia hiburan!
Kontras dengan anggapan semua orang bahwa
kurus itu kurang makan, justru dari kecil, aku sangat doyan makan! Waktu umurku
belum 10 tahun saja, porsi makanku sama dengan orang dewasa. Apalagi ketika
masuk masa puber dan remaja. Kalian tahu, dong, remaja pria itu ibarat ulat:
makannya seperti tak kenal kenyang! Ajaibnya, aku tetap kerempeng! Padahal, ibuku
sudah bawa aku ke dokter. Tak satu pun penyakit yang bikin orang kurus ada pada
tubuhku. Seekor dan satu telur cacing pun tidak! Banyak orang bertanya, “Ke
mana larinya itu makanan?” Jawabanku selalu konsisten: “Ke otak!” Mereka tak
bisa membantah. Sebab, selain prestasiku di sekolah gemilang. tinggiku pun ideal
untuk pria, terutama di Indonesia.
Sekarang, aku mau jujur. Sebetulnya, dalam
hati, aku sangat marah dengan keadaan itu. Karena itu, dengan segala cara, aku
berupaya agar bisa gemuk. Hingga akhirnya, menjelang penghabisan kelas 2 SMA,
seorang temanku kudapati sukses mengidealkan berat badannya, padahal sebelumnya
dia juga kurus, meski tidak separah aku. Karena sohib, dengan senang hati dia berbagi
tips. Ternyata rahasianya ada di minyak ikan berkemasan botol, bergambar orang
sedang panggul ikan cod! Tapi, katanya, harus yang cair dan yang rasa original. Lebih murni, katanya, jadi
lebih manjur ketimbang yang rasa jeruk, atau dibanding minyak ikan yang
dijadikan tablet gel. Kuturuti tipsnya. Tanpa absen satu kalipun, kuminum
sehari 3 kali, 1 sendok makan tiap kali. Selama 3 bulan, 10 botol penuh! Betul!
Memasuki hari pertama kelas 3 SMA, beratku yang tadinya 45 kg, jadi 74 kg! Ideal
dengan tinggiku yang 180 cm!
Selama aku gemuk, ketampananku muncul dari
persembunyiannya. Tiada wanita yang tak mau denganku. Pede-ku jadi berkali-kali lipat. Apalagi aku fitness juga. Tapi, sayang, masa keemasan itu hanya bertahan
beberapa tahun saja. Selulus kuliah dan mulai mencari nafkah sendiri, berbagai masalah
kualami. Yang terparah soal keuangan. Itu berimbas pada banyak hal. Beberapa
kali aku pindah tempat kos, cari yang lebih murah. Aku pun jadi tidak fitness lagi akibat tak kuat membiayai! Makan
juga kukurangi, sebab harus berhemat. Karena dasarnya aku ini pemikir, semua
itu jadi beban pikiran. Alhasil, beratku susut dengan cepat. Dan sekarang,
mentok di 52 kg. Memburuk memang, tapi masih lebih baik daripada sebelum aku
gemuk ‘kan? Walau begitu, aku tetap berjuang buat merebut kembali nama besarku!
Tapi dari situ aku jadi tahu 4 hal.
Pertama, kondisi dompet sejalan dengan bobot tubuh. Kian tebal dompet, kian
gemuk badan kita! Pun sebaliknya. Kedua, bobot kita merosot, orang di sekitar mengalami
amnesia. Keluarga, teman, dan siapapun yang pernah melihatku gemuk, bakal
terperangah seraya memekik ketika melihatku: “Kok jadi kurus banget lu?!” Lalu
kujelaskan. Mereka mulai paham. Tapi 5–10 menit kemudian, mereka kembali
terbelalak dan menjerit, “Kok jadi kurus banget lu?!” Dan itu terulang lagi
saat kami kembali bertemu! Ketiga, kurus membuat wibawa kita keluar. Sebab, penampilan
kita jadi lebih tua daripada usia kita! Dan keempat, merosotnya berat badan membuat
orang meragukan ilmu kedokteran. Banyak orang curiga aku kena TBC, kanker, atau
bahkan HIV/AIDS! Maka kubela-belain check-up!
Malah tes ELISA juga! Hasilnya: aku sehat walafiat tak kurang suatu apa! Statistik
vitalku juga bagus sekali, hasil dari banyaknya aktivitas fisik, terutama berjalan
kaki. Tapi, jangankan orang yang mengiraku penyakitan, aku sendiri pun tidak
percaya dengan hasil itu!
———————————————
Tidak ada komentar:
Posting Komentar