Selasa, 13 Mei 2014

Biarin Kerempeng yang Penting Seksi

@Bunda_Attar

Dari jaman baheula sampai udah jadi ibu-ibu yang rempong gini, selalu saja aku dipanggil si kerempeng, hahaha. Biar saja, aku tak sakit hati kok karena memang it’s me, no problem ;). Memang sudah bakatku berbadan kurus, makan sebanyak apapun tetap saja tubuhku tak berdaging. Beuhhh, memang aku tercipta bukan sebagai manusia pedaging, emang kambing kalik pedaging, xixixixi.
Terkadang aku heran, sebegitu kuruskah aku hingga label kerempeng itu kusandang hingga berpuluh-puluh tahun. Busyet, usia baru 31 tahun aja bilang berpuluh-puluh tahun, ketahuan hiperbola nih, hehehe. Di rentang usia itu, aku pernah sih dikatakan bohay, namun hanya sekitar 5 bulan. Mau tahu saat kapan aku menjadi bohay? Kasih tahu gak yah? Apa, kasih tahu. Oke deh, gini lho ceritanya, simak dan perhatikan dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya ya. Hem..hem…hem…, baca paragraf selanjutnya yee..;)
Waktu 5 bulan itu terjadi saat aku hamil 6 bulan hingga 2 bulan pasca melahirkan.Yup, saat kandunganku memasuki usia 6 bulan banyak yang bilang aku bohay, terutama di bagian perut. Ya iyalah…, yang hamil itu perutnya bukan kakinya, eith kurang tepat yak, maksudku si rahim yang ada di bagian perut. Setelah memasuki usia kehamilan 9 bulan berat badanku yang biasanya 44 kg menjadi 63 kg. Dorrr meledak ke samping kiri, kanan, ke depan, ke belakang, bulat sempurna, xixixixi.
Setelah si orok mbrojol, berat badanku berangsur mengalami penurunan. Eith, jangan salah lho, aku sama sekali gak diet. Malahan makanku tambah kalap, maklumlah menyusui si bayi yang notabene jagoan tulen. Daya sedotnya wow luar biasa kencengnya, pantesan induknya jadi jago makan ya. Tapi, meski jago makan makanan dari kelas ringan hingga kelas berat, teteup aja berat badanku terus menurun hingga level berat badan semasa gadis, sit suit cethok-cethok. Beneran lho, fakta nih, memberi ASI Eksklusif itu bisa membuat berat badan normal lagi. Buktinya baru 2 bulan menyusui, berat badanku langsung normal. What, kurus dibilang normal. Maksudnya berat badan kembali ke ukuran semula gitu lho, sobat ;).
Dengan tinggi 156 cm kuakui bahwa aku terlalu kurus memiliki berat badan 44 kg. Usaha untuk menaikkan berat badan bukannya gak ada. Bila orang-orang pada takut makan malam, aku malah sengaja makan malam biar tulang-tulangku terbalut daging yang agak tebal. Aihhh, malu juga dicap kurang gizi, hihihi. Atau jangan-jangan aku cacingan. Kucoba minum obat cacing juga lho, tetep aja badanku segini-gini saja. Tapi,,, ah sudahlah, aku tak mau memaksakan tubuhku sesuai dengan anganku. Biarkan saja apa yang ada ini disyukuri. Yang penting meski aku kurus, aku sehat. Dan yang terpenting lagi, meski aku kurus aku bisa menyusui jagoanku hingga usianya 3 tahun. Jangan dikira kalau kurus itu lantas tak berisi lho. Kurus pun seksi.

Banyak hikmah di balik tubuhku yang kurus ini. Contohnya nih, ada kejadian lucu saat pulang dari menjenguk teman yang sakit di rumah sakit. Hujan deras melanda, gak ada yang bawa payung. Akhirnya kami melipir lewat parkiran motor yang super rapet. Dalam derasnya hujan itu sulit mencapai halaman depan yang dekat jalan raya kebetulan kendaraan kami parkir di sana. Hemmm, tapi itu tidak masalah buatku. Dengan tubuh kurusku aku bisa menyelinap ke sela-sela motor yang rapat hingga aku bisa sampai halaman depan rumah sakit nomor satu meninggalkan teman-temanku. Teman-temanku pun nyeletuk, “Wah,enak juga ya punya tubuh kerempeng kayak kamu, jalan tikus pun dapat ditembus dengan mulus, hahaha”. Kerempeng, kurus, pengkring, dan apapun julukannya yang penting aku percaya diri. Aku bersyukur dengan tubuh kurusku ini, karena kata suamiku kurus itu seksi, wkwkwkwk, gombal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar