@Bunda_Attar
Dari
jaman baheula sampai udah jadi ibu-ibu yang rempong gini, selalu saja aku
dipanggil si kerempeng, hahaha. Biar saja, aku tak sakit hati kok karena memang
it’s me, no problem ;). Memang sudah
bakatku berbadan kurus, makan sebanyak apapun tetap saja tubuhku tak berdaging.
Beuhhh, memang aku tercipta bukan sebagai manusia pedaging, emang kambing kalik
pedaging, xixixixi.
Terkadang
aku heran, sebegitu kuruskah aku hingga label kerempeng itu kusandang hingga berpuluh-puluh
tahun. Busyet, usia baru 31 tahun aja bilang berpuluh-puluh tahun, ketahuan
hiperbola nih, hehehe. Di rentang usia itu, aku pernah sih dikatakan bohay,
namun hanya sekitar 5 bulan. Mau tahu saat kapan aku menjadi bohay? Kasih tahu
gak yah? Apa, kasih tahu. Oke deh, gini lho ceritanya, simak dan perhatikan
dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya ya. Hem..hem…hem…,
baca paragraf selanjutnya yee..;)
Waktu
5 bulan itu terjadi saat aku hamil 6 bulan hingga 2 bulan pasca melahirkan.Yup,
saat kandunganku memasuki usia 6 bulan banyak yang bilang aku bohay, terutama
di bagian perut. Ya iyalah…, yang hamil itu perutnya bukan kakinya, eith kurang
tepat yak, maksudku si rahim yang ada di bagian perut. Setelah memasuki usia
kehamilan 9 bulan berat badanku yang biasanya 44 kg menjadi 63 kg. Dorrr
meledak ke samping kiri, kanan, ke depan, ke belakang, bulat sempurna,
xixixixi.
Setelah
si orok mbrojol, berat badanku berangsur mengalami penurunan. Eith, jangan
salah lho, aku sama sekali gak diet. Malahan makanku tambah kalap, maklumlah
menyusui si bayi yang notabene jagoan tulen. Daya sedotnya wow luar biasa
kencengnya, pantesan induknya jadi jago makan ya. Tapi, meski jago makan
makanan dari kelas ringan hingga kelas berat, teteup aja berat badanku terus
menurun hingga level berat badan semasa gadis, sit suit cethok-cethok. Beneran
lho, fakta nih, memberi ASI Eksklusif itu bisa membuat berat badan normal lagi.
Buktinya baru 2 bulan menyusui, berat badanku langsung normal. What, kurus
dibilang normal. Maksudnya berat badan kembali ke ukuran semula gitu lho, sobat
;).
Dengan
tinggi 156 cm kuakui bahwa aku terlalu kurus memiliki berat badan 44 kg. Usaha
untuk menaikkan berat badan bukannya gak ada. Bila orang-orang pada takut makan
malam, aku malah sengaja makan malam biar tulang-tulangku terbalut daging yang
agak tebal. Aihhh, malu juga dicap kurang gizi, hihihi. Atau jangan-jangan aku
cacingan. Kucoba minum obat cacing juga lho, tetep aja badanku segini-gini
saja. Tapi,,, ah sudahlah, aku tak mau memaksakan tubuhku sesuai dengan
anganku. Biarkan saja apa yang ada ini disyukuri. Yang penting meski aku kurus,
aku sehat. Dan yang terpenting lagi, meski aku kurus aku bisa menyusui jagoanku
hingga usianya 3 tahun. Jangan dikira kalau kurus itu lantas tak berisi lho.
Kurus pun seksi.
Banyak
hikmah di balik tubuhku yang kurus ini. Contohnya nih, ada kejadian lucu saat
pulang dari menjenguk teman yang sakit di rumah sakit. Hujan deras melanda, gak
ada yang bawa payung. Akhirnya kami melipir lewat parkiran motor yang super
rapet. Dalam derasnya hujan itu sulit mencapai halaman depan yang dekat jalan
raya kebetulan kendaraan kami parkir di sana. Hemmm, tapi itu tidak masalah
buatku. Dengan tubuh kurusku aku bisa menyelinap ke sela-sela motor yang rapat
hingga aku bisa sampai halaman depan rumah sakit nomor satu meninggalkan
teman-temanku. Teman-temanku pun nyeletuk, “Wah,enak
juga ya punya tubuh kerempeng kayak kamu, jalan tikus pun dapat ditembus dengan
mulus, hahaha”. Kerempeng, kurus, pengkring, dan apapun julukannya yang
penting aku percaya diri. Aku bersyukur dengan tubuh kurusku ini, karena kata
suamiku kurus itu seksi, wkwkwkwk,
gombal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar