Selasa, 13 Mei 2014

Kurus itu seksi dan sehat

           
           @NFmaknae

“Fi, hati-hati kalau nyetir. Nanti kamu melayang.” Kalimat itu akrab sekali dengan telinga gue ketika sedang bersiap-siap mengendarai motor. Triplek, tiang listrik, galah dan lidi. Itu adalah beberapa sebutan yang teman-teman berikan untuk gue, sebutan yang agak menggelitik jiwa sadis gue. Hello, badan ini kurus, bukan kerempeng. Lama kelamaan kalau sering dipanggil seperti itu bukan hanya badan yang kurus, hati juga ikutan kurus. Terluka.
Gue memang kurus dan tinggi tetapi sebutan itu terlalu melebih-lebihkan kondisi yang gue jalani sekarang, mempunyai badan seperti model-model internasional ini ternyata tak semudah yang dibayangkan. Memiliki pinggang dan pinggul yang berlekuk, lengan dan paha yang ramping itu idaman. Banyak orang yang memimpikan badan seperti ini, badan kurus yang seksi dan mempesona. Badan kurus seperti ini juga enak buat dipeluk, nggak mungkin kan dapat sindiran “gila lo ya, ga sadar apa? Badan segede gedebong pisang gitu. Tangan gue mana nyampai.”
            Mempunyai badan kurus itu merupakan sebuah anugerah tersendiri, disaat orang lain sibuk menjalani berbagai macam program diet yang mengharuskan mereka menahan rasa lapar dan keinginan makan mereka. Gue nggak usah repot-repot melakukannya, apalagi jika sampai mengharuskan sedot lemak. Gila, lebih baik uangnya dipakai mentraktir cendol untuk warga sekelurahan. Gue juga bisa memakan apapun yang ingin dimakan tanpa harus memikirkan pertambahan berat badan. Belum lagi disaat memilih pakaian, gue nggak usah khawatir kalau pakaian itu nggak muat. Pakaian apapun akan terlihat bagus kalau gue pakai. Gaun, hotpants, rok, atau celana jeans akan membuat gue terlihat lebih sensual.
            Dan untuk mahasiswi kayak gue, mempunyai badan seperti ini menguntungkan banget. Para tetangga sering mengatakan “Wah, sepertinya Fi itu serius sekali kuliahnya, badannya sampai kurus seperti itu, pasti karena sering belajar dan mengerjakan tugas.” Lumayan kan, dapat cap rajin dari para tetangga. Belum lagi kalau mangga atau jambu tetangga berbuah, banyak banget yang ngasih. Dengan alasan untuk program perbaikan gizi. Program perbaikan gizi? Om, tante, mohon bedakan antara kurus dan busung lapar.
            Ibu juga sering memasak masakan yang enak dengan alasan agar badan gue lebih berisi. Padahal badan gue akan tetap seperti ini meskipun porsi makan bertambah. Ketika ke kampus, ibu juga sering menyiapkan bekal buat gue. Beliau curiga bahwa gue sering terlambat bahkan lupa makan. Lupa makan? Ya ampun. Ketika sarapan saja gue mikir, nanti siang mau makan apa ya? Batagor depan kampus jualan nggak ya?

            Badan kurus kayak gini membuat badan terasa lebih ringan ketika melakukan kegiatan sehari-hari, kalau telat ke kampus yang mengharuskan lari, setidaknya nggak bakal ada tudingan tajam “awas,awas, truk gandeng lewat.” Nggak menumpuk lemak dalam tubuh membuat tubuh lebih sehat, setidaknya gue bisa terhindar dari berbagai macam penyakit akibat kelebihan berat badan.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar