@NFmaknae
“Fi,
hati-hati kalau nyetir. Nanti kamu melayang.” Kalimat itu akrab sekali dengan
telinga gue ketika sedang bersiap-siap mengendarai motor. Triplek, tiang
listrik, galah dan lidi. Itu adalah beberapa sebutan yang teman-teman berikan
untuk gue, sebutan yang agak menggelitik jiwa sadis gue. Hello, badan ini
kurus, bukan kerempeng. Lama kelamaan kalau sering dipanggil seperti itu bukan
hanya badan yang kurus, hati juga ikutan kurus. Terluka.
Gue
memang kurus dan tinggi tetapi sebutan itu terlalu melebih-lebihkan kondisi
yang gue jalani sekarang, mempunyai badan seperti model-model internasional ini
ternyata tak semudah yang dibayangkan. Memiliki pinggang dan pinggul yang
berlekuk, lengan dan paha yang ramping itu idaman. Banyak orang yang memimpikan
badan seperti ini, badan kurus yang seksi dan mempesona. Badan kurus seperti
ini juga enak buat dipeluk, nggak mungkin kan dapat sindiran “gila lo ya, ga
sadar apa? Badan segede gedebong pisang gitu. Tangan gue mana nyampai.”
Mempunyai badan kurus itu merupakan sebuah anugerah
tersendiri, disaat orang lain sibuk menjalani berbagai macam program diet yang
mengharuskan mereka menahan rasa lapar dan keinginan makan mereka. Gue nggak
usah repot-repot melakukannya, apalagi jika sampai mengharuskan sedot lemak.
Gila, lebih baik uangnya dipakai mentraktir cendol untuk warga sekelurahan. Gue
juga bisa memakan apapun yang ingin dimakan tanpa harus memikirkan pertambahan
berat badan. Belum lagi disaat memilih pakaian, gue nggak usah khawatir kalau
pakaian itu nggak muat. Pakaian apapun akan terlihat bagus kalau gue pakai. Gaun,
hotpants, rok, atau celana jeans akan
membuat gue terlihat lebih sensual.
Dan untuk mahasiswi kayak gue, mempunyai badan seperti
ini menguntungkan banget. Para tetangga sering mengatakan “Wah, sepertinya Fi
itu serius sekali kuliahnya, badannya sampai kurus seperti itu, pasti karena
sering belajar dan mengerjakan tugas.” Lumayan kan, dapat cap rajin dari para
tetangga. Belum lagi kalau mangga atau jambu tetangga berbuah, banyak banget
yang ngasih. Dengan alasan untuk program perbaikan gizi. Program perbaikan
gizi? Om, tante, mohon bedakan antara kurus dan busung lapar.
Ibu juga sering memasak masakan yang enak dengan alasan
agar badan gue lebih berisi. Padahal badan gue akan tetap seperti ini meskipun
porsi makan bertambah. Ketika ke kampus, ibu juga sering menyiapkan bekal buat
gue. Beliau curiga bahwa gue sering terlambat bahkan lupa makan. Lupa makan? Ya
ampun. Ketika sarapan saja gue mikir, nanti siang mau makan apa ya? Batagor
depan kampus jualan nggak ya?
Badan kurus kayak gini membuat badan terasa lebih ringan
ketika melakukan kegiatan sehari-hari, kalau telat ke kampus yang mengharuskan
lari, setidaknya nggak bakal ada tudingan tajam “awas,awas, truk gandeng
lewat.” Nggak menumpuk lemak dalam tubuh membuat tubuh lebih sehat, setidaknya
gue bisa terhindar dari berbagai macam penyakit akibat kelebihan berat badan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar