Akun
twitter : @ulvaprihartini
Lucy
bersungut-sungut di depan cermin. Tangannya sibuk memutar badan, berkacak
pinggang. Kemudian ia keluar kamar dengan membanting pintu. “Lucy, jangan
banting pintu keras-keras,” omel ibunya dari dapur. Tidak ada jawaban. Lucy
kini muncul di balik pintu dapur, “mama, kok aku kurus banget sih?” gerutunya.
Masih dengan memanyunkan bibirnya, ia sedang mengaduk-aduk sup baso di mangkuk.
“Mama gendut, papa gendut, adik juga,” gerutunya lagi, apa aku ini bukan anak
kandung ya?” “huss, nggak boleh bilang gitu! Ya anak mama dan papa dong, masak
anak tante Ria atau tante Wira?” ujar mamanya sambil menuangkan sup ke dalam
mangkuk besar. Lucy mencicipi supnya, “pedes Ma, yuk kita tes DNA aja, sebel
dibilang anak pungut sama Sandy, ihh nyebelin banget banget pokoknya Ma, masak
dia bilang aku kayak tengkorak berjalan, kutilang, tiang listrik, beda sama
mama papa”, cerocos Lucy. “Sandy cuma bercanda aja tuh, lagian pake tes DNA
segala mahal tauuu,” ibunya menjawab santai. “Mamaa…” Lucy melangkah keluar
dengan menghentakkan kedua kakinya. Ibunya hanya geleng-geleng kepala.
“Eh,
kutilang, eh bukan, tengkorak berjalan, selamat pagi!” Sandy menyapa Lucy
dengan suaranya yang khas. Lucy tidak menanggapi, ia melengos menuju tempat
duduknya. Sandy yang tidak dihiraukan bergegas menuju tempat duduk Lucy. “Kenapa?
Lagi sakit gigi ya? Cemberut aja!” goda Sandy. Lucy pura-pura mencari sesuatu
di bawah kolong mejanya. Tidak menyahut. Sandy melanjutkan candaannya, “jelek
tau, udah kurus cemberut lagi!” Lucy akhirnya mengeluarkan suara, “biarin yang
jelek juga aku, bukan kamu kan?” ia kemudian keluar kelas dengan raut muka
seperti api. Merah. Sandy jadi
terperangah menatap apa yang diucapkan Lucy barusan. Ia sama sekali tidak bermaksud
membuatnya kesal, biasanya Lucy akan menanggapi dengan wajah sumringah,
membalas ucapan Sandy Kali ini beda sekali. Sandy jadi ngeri, takut kalau
kekesalan Lucy berkembang biak parah tak berujung.
Lucy
kesal setengah mati pagi ini, pasalnya Sandy yang setiap hari menjahilinya
membuat emosinya meledak-ledak, belum lagi tugas segunung yang diberikan Ibu
Rasmita. Sandy memang terkenal dengan candaannya yang berlebihan terutama
ucapannya yang nggak bisa disaring dulu. Bagi Lucy, Sandy itu adalah anak cowok
paling ngeselin di dunia, setiap hari kerjaannya mengusili anak perempuan,
terutama Lucy yang menurutnya dianggap lucu. Lucu dari mana coba? Kurus
dibilang lucu? Dasar! Arghh..
“Halo?
Oh iya, sama-sama, nanti ibu sampaikan, siapa namamu, nak? Sandy? Oh ya,
selamat siang”. Sandy menutup telepon. Akhirnya, ia benar-benar menelepon Lucy,
maksudnya ibunya Lucy. Ia mengatakan ingin bertemu dengan Lucy di taman basket
pukul empat. Bersama teman-teman tentunya. Ia takut kalau-kalau ibunya Lucy
tidak mengizinkan, jadi ia beralasan belajar kelompok di area terbuka.
Pukul
empat sore, Lucy sebenarnya malas untuk pergi ke taman basket. Matanya masih
mengantuk. Tidur siangnya benar-benar terganggu. Sekarang.. ia tengah duduk
sendirian di kursi berpayung biru. “Lucy, maafin aku ya!” suara Sandy
mengagetkan Lucy. Kini ia melihat Sandy dengan wajah kikuk. “Maaf sudah bikin
kamu kesal, aku cuma bercanda. aku kagum sama tinggi kamu, aku juga pengen
tinggi!” Sandy menunduk malu. Giliran Lucy menatap Sandy dengan bingung. Dasar
pendek! teriak Lucy sembari menjitak kepala Sandy. “Tengkorak berjalan,
tungguu!”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar