Oleh @windhyfebri_
"Tengkorak idup !!"
"Tengkorak idup !!"
"Tengkorak idup !!"
Kalimat itu tuh masih mengiang di kepala gue waktu kejadian setahun lalu pas gue duduk di kelas delapan atau dua smp.
Nama Gue Windy Febriani sering dipanggil Windy. Tapi ada juga satu panggilan yang masih dipake sekarang. Ya ! Itu Tengkorak Idup. Yang artinya badan gue itu mirip tengkorak yang hidup gara-gara gue terlalu kurus.
Pernah suatu hari gue lagi main bareng Dewi, dan Novita ke perkampungan yang sepi dekat hutan dan persawahan.
Terus kita bertiga denger suara dari arah hutan, tepatnya suara gunggungan anjing. Seketika itu kita berlari tergesa-gesa
"Aduh gawat nih, buruan dong lari ! Nanti kalo anjing itu datang dan mau makan gue gimana ?" Kata gue dengan ketakutan sambil lari terbirit-birit.
Tiba mereka berdua ketawa terbahak-bahak dengan perkataan gue tadi. Apa ada yang salah ?
"Ahahaha... Ahahaha... Ahahaha..."
"Kalian berdua kenapa sih?" Tanya gue menghentikan langkah sambil garuk-garuk kepala yang gak gatel sama sekali karena kebingungan.
"Windy, lo mikir dong. Anjingnya itu pasti lagi laper , lo tenang aja, dia gak akan makan elo kok. Seekor anjing mana mau sih makan tulang doang kaya lo, pastinya dewi tuh yang dikejar abis-abisan. Kalo elo sih... Hehe gak ada dagingnya tubuh elo mah...!!". Sahut Novita meledek gue lagi sambil ketawa
"Ahaha... Ahaha... Haha..." Timpal Dewi menertawakan.
"Eh parah lo, Nov ! Lo juga dew, sama aja tau ga !."
Kita bertiga terus saja berlari tanpa arah. Dan di sudut jalan terlihat tanjakan yang begitu tajam, spontan kami berhenti karena saking kelelahan dan kecapean namun suara anjing itu terus mengikuti. Kita bertiga udah gak tahan lagi dan bener-bener gak tau harus ngapain.
Tiba-tiba di belakang kita ada seorang bapak tua mengendarai sebuah motor tuanya.
"Pak ! Pak ! Kita nebeng dong nyampe atas" pinta Dewi.
Bapak itu terdiam menatap kita bertiga.
"Maaf neng, motor bapak sudah tua jadi satu orang saja yang ikut dengan bapak."
"Yaudah saya aja pak !." Kata Novita.
"Saya aja deh pak !" Timpal Dewi.
Gue gak mau kalah "saya deh pak !"
Bapak itu natap badan gue dan tertawa geli. "Kamu saja yang ikut dengan saya" katanya sambil nunjuk pada gue. "Soalnya kamu kurus jadi beban motor saya gak akan terlalu berat, Ayo naik !"
Gue terbahak, ternyata yang kurus gak selalu kalah, ada untungnya juga.
Gue ikut dengan si bapak tua itu naik motor sedangkan Novita dan Dewi terpaksa harus berlari dari gunggungan suara anjing tadi.
"Tengkorak idup !!"
"Tengkorak idup !!"
Kalimat itu tuh masih mengiang di kepala gue waktu kejadian setahun lalu pas gue duduk di kelas delapan atau dua smp.
Nama Gue Windy Febriani sering dipanggil Windy. Tapi ada juga satu panggilan yang masih dipake sekarang. Ya ! Itu Tengkorak Idup. Yang artinya badan gue itu mirip tengkorak yang hidup gara-gara gue terlalu kurus.
Pernah suatu hari gue lagi main bareng Dewi, dan Novita ke perkampungan yang sepi dekat hutan dan persawahan.
Terus kita bertiga denger suara dari arah hutan, tepatnya suara gunggungan anjing. Seketika itu kita berlari tergesa-gesa
"Aduh gawat nih, buruan dong lari ! Nanti kalo anjing itu datang dan mau makan gue gimana ?" Kata gue dengan ketakutan sambil lari terbirit-birit.
Tiba mereka berdua ketawa terbahak-bahak dengan perkataan gue tadi. Apa ada yang salah ?
"Ahahaha... Ahahaha... Ahahaha..."
"Kalian berdua kenapa sih?" Tanya gue menghentikan langkah sambil garuk-garuk kepala yang gak gatel sama sekali karena kebingungan.
"Windy, lo mikir dong. Anjingnya itu pasti lagi laper , lo tenang aja, dia gak akan makan elo kok. Seekor anjing mana mau sih makan tulang doang kaya lo, pastinya dewi tuh yang dikejar abis-abisan. Kalo elo sih... Hehe gak ada dagingnya tubuh elo mah...!!". Sahut Novita meledek gue lagi sambil ketawa
"Ahaha... Ahaha... Haha..." Timpal Dewi menertawakan.
"Eh parah lo, Nov ! Lo juga dew, sama aja tau ga !."
Kita bertiga terus saja berlari tanpa arah. Dan di sudut jalan terlihat tanjakan yang begitu tajam, spontan kami berhenti karena saking kelelahan dan kecapean namun suara anjing itu terus mengikuti. Kita bertiga udah gak tahan lagi dan bener-bener gak tau harus ngapain.
Tiba-tiba di belakang kita ada seorang bapak tua mengendarai sebuah motor tuanya.
"Pak ! Pak ! Kita nebeng dong nyampe atas" pinta Dewi.
Bapak itu terdiam menatap kita bertiga.
"Maaf neng, motor bapak sudah tua jadi satu orang saja yang ikut dengan bapak."
"Yaudah saya aja pak !." Kata Novita.
"Saya aja deh pak !" Timpal Dewi.
Gue gak mau kalah "saya deh pak !"
Bapak itu natap badan gue dan tertawa geli. "Kamu saja yang ikut dengan saya" katanya sambil nunjuk pada gue. "Soalnya kamu kurus jadi beban motor saya gak akan terlalu berat, Ayo naik !"
Gue terbahak, ternyata yang kurus gak selalu kalah, ada untungnya juga.
Gue ikut dengan si bapak tua itu naik motor sedangkan Novita dan Dewi terpaksa harus berlari dari gunggungan suara anjing tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar