Oleh @sintawira
Masa-masa mahasiswa baru sangat
kental sekali, dengan pakaian putih dan hitamnya, serta dasi dan sepatu hitam,
dan gak kalah ramainya atribut alay yang terpasang. Rintangan demi rintangan
telah dijalani oleh mahasiswa baru, mulai dari sesi omelan, dan sesi babu
dadakan. Dan sampailah disaat bahagia, setelah satu semester dikader bersama-sama satu angkatan dijurusan
masing-masing dengan senior yang berwajah garang, tak pernah mandi dan jarang
tidur, hingga seperti setan yang ada ditipi-tipi, yaitu pengangkatan warga.
Disanalah tubuh kurusku sangat berperan penting, disaat momen-momen yang
mendebarkan terjadilah pergulatan sengit antar angkatan, yakni kubu tua dan
kubu muda. Dan di momen itu banyak sekali temanku yang tersenggol hingga masuk
ruang kesehatan, dan ada juga yang duduk jongkok menutup telinga karena
ketakutan. Sedangkan aku wanita perkasa menerobos masuk diantara cela tubuh
berotot yang berdesakan. Cucuran keringat dan gesekan kian sengit, hingga aku
sampai dititik paling depan, dan ku bersorak “HOREEE”. Namun tak
disangka-sangka dari arah depan terlihat genggaman tangan hendak menuju mukaku,
dan “PLAKKK”, aku terjatuh dan melambaikan bendera putih.
Mataku terbuka, dan aku terperanjat
melihat ruangan putih dengan ranjang putih serta peralatan rumah sakit, dalam
benakku bertanya kenapa aku bisa disini, jangan-jangan makhluk gaib yang
memindahkanku, “OH NOOOOO”.
“He bodoh, kamu itu ngapain tadi
nerobos masuk menuju arena baku pukul?” kata senior ganteng.
“HEHEHE..”, aku tertawa tersendat,
bingung dan seneng karena cowok yang tengah digosipin temenku muncul didepan
mukaku. Seperti malaikat yang turun dari gunung dengan gagahnya.
“Ya sudah kamu dimaafkan, dan
pengangkatan uda selesai. Tadi itu cuman acting ehh malah ada insiden kayak
gini.” Celetuknya sambil menyapu poniku. Dan senior ganteng pulang dengan
mengantarkanku hingga rumahku, wihh seneng sekali. Langsung aku tulis dibuku
diaryku, “Thanks Tubuh Kurus”.
Keesokan harinya dikampus,
teman-teman satu jurusan menggosipkan aku dengan senior ganteng kemarin. Aku
mengacak acak rambut sebahuku dan tersenyum lucu. Sontak kaget ternyata senior
itu tengah berada dibelakangku, dan bertanya tentang kondisiku.
“WOOW”,
suasana berubah seperti kebun bunga dengan taburan gambar love.
“Hello,
kamu gak apa-apakan. Masih pusing atau bagaimana?”
“Tidak
kak, terima kasih kemarin sudah nganterin.” Celotehku dengan melihat wajah
gantengnya.
“Ohh
iya namaku Feri.” Sambil melangkah pergi meninggalkanku yang masih terpesona,
dan suara teman-temanku menyadarkanku. Dari kejauhan Anisa temanku mendekatiku,
dan mengatakan kalau Feri itu Kakak sepupunya, dan Kabar gembiranya adalah dia
pertama kalinya memperlakukan cewek semanis itu menurut pengamatan Anisa, dalam
hati aku bersorak “Thanks Tubuh Kurus”.