Selasa, 11 Maret 2014

Kurus, Anugrah atau Masalah?

Oleh @Amelevans

Nama saya Amelia Irianto, biasa dipanggil Amey. Saya siswi kelas 1 SMA yang menginjak 16 tahun pada bulan Juni nanti, jadi bisa mention twitter saya lah kalo mau nanya alamat buat ngirim paket Juni nanti, hehe. Cerita saya kali ini berisi sepatah kata yang akan saya patah-patahkan menjadi kalimat-kalimat yang mudah-mudahan bisa menyemangati kalian semua.

Bobot saya waktu itu hamper 60 kilo saat SMP kelas 3. Saya mencoba segala cara untuk kurus dan sampai akhirnya pernah mengalami penurunan berat badan secara drastis. Diakibatkan oleh penyakit hepatitis A yang saya derita awal tahun lalu. Hampir setiap saya berkaca saya menangis. Memang rasanya tidak mudah jadi kurus. Tapi saya terus memberikan motivasi untuk diri saya sendiri kalau saya pasti bisa menambah berat badan saya. Hidup bukan sampai disini, tidak ada yang tidak mungkin. Setelah penurunan berat badan kurang lebih 15 kg, saya mencoba untuk bangkit lagi. Setelah dokter sudah mengizinkan saya untuk masuk sekolah, saya memang mendengar banyak sekali perkataan masyarakat sekolah tentang bobot saya yang menurun drastis, tentang badan saya yang kurus kering. Mereka mulai menyebut saya dengan sebutan tusuk gigi, orang-orangan sawah, sedotan cincau dan lain lain. Namun itu semua tidak mengalahkan semangat saya untuk tetap menjadi saya yang dulu.

Setiap hari saya mengatur pola makan saya. Bukan hanya orang yang ingin diet saja yang pola makannya harus diatur, tapi hakikatnya kita semua harus mengatur pola makan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Namun, bagi saya adalah hal yang sulit. Karena mungkin kita semua berfikir bahwa orang yang ingin menambah berat badan itu harus makan makanan yang berlemak sedangkan dokter melarang saya karena kondisi hati/hepar saya yang belum stabil. Setiap pagi saya minum segelas susu dan sereal, di siang hari saya mengkonsumsi nasi tim dan ayam rebus tanpa kulit, dan selebihnya saya mendapat vitamin dari dokter. Setelah makan saya mencoba beristirahat karena tidak boleh terlalu capek dan alhasil bobot saya kembali naik hingga sekarang.

Saya juga mempunyai tidak sedikit saudara yang bertubuh kurus. Tapi mereka semua tidak merasa minder. Kakak saya kurus, dia tetap mendapat jodoh dan pekerjaan yang layak. Sepupu saya kurus, tapi dia tidak dilarang untuk tetap berkarya. Tante saya kurus, tetapi ia masih bisa tertawa lepas sampai sekarang. Tidak semua orang kurus itu rendah dimata orang lain. Diluar sana masih banyak orang yang bahkan ingin mempunyai tubuh kurus. Lagian punya tubuh kurus itu anugrah loh. Gak usah susah-susah cari ukuran baju, udah pasti ada deh. Nggak takut kalau makan banyak, surga banget dong. Baju yang tahun kemarin, bisa dipakai lagi. Hehe. Mungkin cukup sampai disini saja curhatan colongan saya semoga dapat menginspirasi dan memotivasi kalian para pembaca. Wassalamualaikum wr. Wb.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar